Rabu, 22 Juni 2011 0 comment

Biji Asam Bisa Pulihkan Syaraf yang Rusak


Para peneliti dari Monash University, Australia menemukan sebuah biomaterial baru pada biji asam yang bisa menumbuhkan kembali syaraf yang rusak pada otak dan tulang belakang. Ke depan, penemuan ini diharapkan dapat merevolusi pengobatan syaraf yang yang rusak akibat cidera dan penyakit, seperti parkinson.


Andrew Rodda, ilmuan yang tergabung dalam Monash Material Engineering meneliti xyloglucan, senyawa yang berasal dari tanaman asam. Dalam tanaman, xyloglucan berperan penting untuk menghubungkan sel yang satu dengan lainnya. Sementara itu, Andrew Rodda, telah mengkaji khasiat biomaterial ini pada hewan yang menderita kerusakan sel syaraf.

Senyawa yang diteliti Rodda ini dapat disuntikkan dalam bentuk cairan ke bagian tubuh yang terluka. Secara perlahan, senyawa itu berubah menjadi gel ketika suhunya sama dengan suhu badan. Setelah mencapai sasaran, gel ini bertindak sebagai struktur pendukung melalui sel-sel sehat yang dapat bermigrasi serta bisa melekat ke sistem saraf.

Rodda mengatakan, selama ini terdapat kekurangan dalam proses penyembuhan syaraf yang rusak. Menurut dia, dalam metode penyembuhan selama ini, syaraf tidak bisa tumbuh kembali karena racun yang ditinggalkan bekas syaraf yang mati.

"Sel saraf itu sensitif, dan hanya akan tumbuh di lingkungan yang paling mendukung," kata Rodda sebagaimana dilansir medindia.net.

"Setelah cidera, sel-sel baru biasanya tidak dapat menembus ke dalam ruang kosong setelah kematian massal sel. Rumpun sel di pinggirnya, membentuk penghalang yang tidak bisa ditembus. Ini meninggalkan pusat luka, yang mengandung bahan kimia yang dapat membunuh saraf yang akan tumbuh."

Menurut Rodda, senyawa ini bekerja dengan menyediakan tangga-tangga sementara, di mana sel-sel baru dapat tumbuh dan menembus bekas luka.

Secara signifikan, sel penolong yang disebut astrocit akan bergerak menuju gel yang disuntikkan. Sel-sel ini kemudian mensekresikan bahan kimia bermanfaat, yang mungkin membantu menciptakan lingkungan di mana sel-sel saraf yang halus bisa bertahan.

Studi yang dilakukan Rodda ini merupakan bagian dari upaya untuk mendorong regenerasi syaraf di otak dan sumsum tulang belakang. Ini didasarkan pada pekerjaan sebelumnya di Monash University untuk memahami dan mengontrol pertumbuhan saraf menggunakan biomaterial.

sumber : klik disini
0 comment

Spesies Kepiting Raksasa Baru


Sebuah spesies kepiting darat raksasa ditemukan di Cocos Island, Costa Rica. Hewan itu ditemukan oleh Robert Perger dan Rita Vargas, peneliti dari University of Costa Rica serta Adam Wall dari Los Angeles County Natural History Museum.

Tim peneliti menemukan kepiting spesies baru itu pada sebuah pulau di kawasan samudera Pasifik. Oleh penemunya, kepiting tersebut diberi nama Johngarthia cocoensis.


Karakteristik yang membedakan antara J. cocoensis dengan kepiting lainnya, menurut peneliti, adalah dari ukurannya yang besar. Seekor kepiting jantan bisa mencapai ukuran 40 sentimeter jika kaki depannya dipanjangkan. Adapun hewan betina memiliki ukuran yang lebih kecil.

Saat ditemukan, spesies kepiting ini tinggal di dalam lubang yang mereka gali sendiri. Santapan utama mereka adalah rumput dan benih-benih.

Menurut Perger, J. cocensis mirip dengan kepiting J. malpilensis yang tinggal di kepulauan sekitar Cocos Island.

“Persamaan antara J. cocensis dengan spesies lainnya di kawasan barat Pasifik http://www.blogger.com/img/blank.gifmengindikasikan bahwa larva, yang tumbuh berkembang di laut, kemungkinan telah melintas di Cocos Island karena tersapu gelombag,” ucap Perger, seperti dikutip dari News24, 22 Juni 2011.

Hewan-hewan ini, kata Perger, kemudian beradaptasi dengan habitat barunya dan tumbuh menjadi sebuah spesies baru.

Sebagai informasi, Cocos Island berada di lepas pantai Kolombia, namun berada di dalam perairan teritorial Costa Rica. Pulai ini merupakan satu-satunya pulau di kawasan barat Pasifik yang memiliki iklim hutan tropis yang lembab serta memiliki beraneka ragam spesies hewan.

sumber : klik disini
 
;